PENGAGUM RAHASIA
“Siapa
namanya?” tanyaku pada salah seorang temanku, sambil menunjuk seorang lelaki
yang sedang berolahraga di lapangan. Yang kutahu ia adalah kakak kelasku.
“Yang memakai kaus biru itu? Kak Fachri. Kenapa Ris?”
Senyum penuh arti tak sadar kulakukan, sampai aku sadar
Tias menunggu jawabanku.
“Yah? Tidak apa-apa, aku hanya bertanya.”
“Yah? Tidak apa-apa, aku hanya bertanya.”
Beberapa hari setelah UAS selesai, seorang kakak kelas
yang baru kuketahui ternyata bernama Fachri muncul dan mencuri perhatianku. Tak
perlu waktu lama, aku pun mulai penasaran akan dirinya. Setiap hari kulihat
semua status-statusnya yang ia tulis di akun facebooknya dan berusaha untuk
memahami dan menjawab setiap pertanyaan yang ia tulis, meski aku tahu itu bukan
untukku.
Suatu hari keinginanku untuk dekat dengan Kak Fachri menjadi semakin besar. Tidak, tidak untuk menjadi pacarnya.
Suatu hari keinginanku untuk dekat dengan Kak Fachri menjadi semakin besar. Tidak, tidak untuk menjadi pacarnya.
“Kirim email saja supaya dia bisa mengenaliku.” ucapku
tersenyum dan mulai mengetik dan merangkai kata demi kata. Hari demi hari
berlalu dengan indah, Kak Fachri selalu hadir untuk aku kagumi. Entah ini hanya
perasaan atau memang benar, ia melihatku di setiap pertemuan yang kubuat tak
sengaja ini. Ternyata, ia menyadari kehadiranku, aku begitu gembira! Gembira
yang tak dapat kutunjukkan di hadapannya. Sampai suatu hari, temanku memberitahuku
bahwa Kak Fachri sedang mendekati Nisa, seorang gadis manis yang sering
mendapat perhatian lelaki.
Aku sadar, di sini aku hanya berperan sebagai pengagum rahasia, bukan menjadi tokoh utama dalam kehidupan kak Fachri. Aku pun memutuskan untuk mundur dan melupakan kak Fachri secara perlahan, walaupun kutahu cinta Nisa sudah untuk lelaki di seberang pulau sana.
Aku sadar, di sini aku hanya berperan sebagai pengagum rahasia, bukan menjadi tokoh utama dalam kehidupan kak Fachri. Aku pun memutuskan untuk mundur dan melupakan kak Fachri secara perlahan, walaupun kutahu cinta Nisa sudah untuk lelaki di seberang pulau sana.
Di suatu pagi, acara perpisahan untuk kelas 12 yang
diadakan di sekolahku digelar. Terbesit di pikiranku untuk bisa berfoto dengan Kak
Fachri, tapi ide ini ku tepis jauh-jauh. Sudut mataku mencari-cari kehadirannya
saat acara sudah dimulai. Aku berdiri di lantai atas sekolahku saat sebuah
suara yang kukenal menggema, ya, itu Kak Fachri di atas panggung sedang
bernyanyi seorang diri dan menciptakan momen tak terlupakan untuk acara ini! Kemeja
kuning dan jas krem tampak melekat dan sangat serasi di tubuhnya.
Alunan nada yang ia dendangkan sungguh membuatku
tersenyum, entah apa makna dari sebuah senyumanku. Aku melihatnya yang tersenyum
dan mengenakan pakaian yang sungguh membuatnya semakin tampan.
Acara demi acara berlalu, tapi aku dengan setia menunggu
sampai akhir acara saat semua orang sedang sibuk mengabadikan momen bahagia
ini. Kulihat banyak teman-temanku mengabadikan momen melalui sebuah pose
bersama kakak kelas 12, membuat ide yang tadi kutepis jauh-jauh kini kembali
muncul dan memaksaku untuk melakukannya.
Kuajak temanku untuk meminta Kak Fachri tersenyum sekejap
bersamaku yang diabadikan oleh satu kali jepretan. Setelah tekadku sudah bulat,
kucari Kak Fachri dari ujung ke ujung. Sampai tiba saatnya aku memintanya untuk
berfoto denganku. Ini adalah foto yang pertama dan mungkin yang terakhir pula.
Aku tak perlu malu untuk mengajaknya berfoto karena memang sudah banyak adik
kelasnya yang mengajaknya berfoto bersama. Kak fachri memang kakak kelas yang
dikagumi oleh adik-adik kelasnya, ya, termasuk olehku.
Saat aku memintanya untuk berfoto, tak ada sepatah kata
dan senyum darinya, tak kuambil pusing asalkan ia bisa tersenyum bersamaku.
Satu kali jepretan membutuhkan waktu yang lama karena kegrogianku dan juga
temanku. Akhirnya sebuah kenangan dan impian yang dari dulu aku inginkan
kudapatkan. Kuucapkan terima kasih padanya dan kuajaknya mengobrol, tidak, ini
hanya ada dalam pikiranku dan tak ada maksud untuk mewujudkannya karena aku tak
mempunyai keberanian itu.
Foto yang kudapat tak henti-hentinya kuperlihatkan pada
semua teman yang aku temui, bahkan dunia pun akan kuberitau, tapi tentu saja
aku tak ingin Kak Fachri mengetahui apa yang aku lakukan saat ini. Bahkan aku
pun memajang foto ini di layar BlackBerry-ku
meskipun foto yang sebenarnya tidak sempurna ini karena aku tersenyum begitu
kaku dan Kak Fachri mungin bisa dikatakan tak berekspresi. Menurutku
kemungkinan ia terkejut karena secara terang-terangan aku megajaknya berfoto
karena kutahu ia mengetahui keberadaanku jauh-jauh hari.
Senyum tak pernah luntur sesudah aku berfoto dengan Kak Fachri.
Ketika sebuah masalah menerpa, di saat aku melihat foto itu, aku tersenyum dan
siap untuk menyelesaikan masalahku.
Setelah acara perpisahan itu, tiba saatnya pengumuman
kelulusan bagi kelas 12 yang berarti perpisahanku dan Kak Fachri semakin dekat.
Ia berbaris di jajaran ujung tempat kelasnya. Kuawasi Kak Fachri lewat sudut
mataku dari lantai atas sekolahku. Saat semua kakak kelasku bergembira
mengetahui mereka menuntaskan pendidikan di almamater tercinta ini, aku pun
bahagia sampai ingin rasanya kuteteskan sebutir air dari mataku dan tentu saja
ingin kuucapkan selamat dan doa-doaku pada Kak Fachri.
Aku tak tau apakah aku akan berjumpa dengannya lagi jika
tidak disekolah. Mungkin ia akan merantau jauh dari sekolah seperti yang
dilakukan banyak orang. Entahlah, aku merasa Kak Fachri special buatku meski ia tak melakukan suatu hal khusus buatku.
Inilah akhir cerita dari seorang gadis remaja bernama Risa, iya itu aku. Yang gagal untuk mewujudkan keinginannya mendekati kakak kelasnya karena keterbatasan waktu dan juga keterbatasan ruang yang mempengaruhi kelancaran hubungan ini. Karena dari sebuah pertemuan, akan terlahir pula sebuah perpisahan yang mungkin tak seorang pun rela untuk bertemu dengannya. Mungkin Tuhan belum mengizinkannya, mungkin tidak untuk sekarang. Tapi aku percaya ada rencana indah Tuhan dibalik ini semua.
Inilah akhir cerita dari seorang gadis remaja bernama Risa, iya itu aku. Yang gagal untuk mewujudkan keinginannya mendekati kakak kelasnya karena keterbatasan waktu dan juga keterbatasan ruang yang mempengaruhi kelancaran hubungan ini. Karena dari sebuah pertemuan, akan terlahir pula sebuah perpisahan yang mungkin tak seorang pun rela untuk bertemu dengannya. Mungkin Tuhan belum mengizinkannya, mungkin tidak untuk sekarang. Tapi aku percaya ada rencana indah Tuhan dibalik ini semua.
TAMAT
PROFIL PENULIS
Nama:Miiko
TTL:Kuningan,19Agustus1996
email: asri.agustin@yahoo.com
TTL:Kuningan,19Agustus1996
email: asri.agustin@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar