TRUE LOVE
Saat
pertama kali melihatnya, Erliani sudah tahu, bahwa ia pasti akan patah hati.
Sikap Andri terlampau dingin, pendiam, tidak ramah, dan
tertutup. Namun Andri mempunyai kharisma
tertentu yang membuat Erliani merasa penasaran dan tertarik. Selama Erliani
sekelas dengan Andri, belum pernah satu kalipun Erliani melihat Andri
tersenyum. Erliani sendiri mulai tertarik pada Andri saat awal catur wulan dua
di kelas 1 SMA. Erliani mulanya merasa penasaran dengan sikap Andri yang
tertutup. Namun lama-kelamaan Erliani jatuh cinta pada Andri.
“Erli, tolong belanja bahan makanan dan alat mandi, ya!
Kak Vina tidak sempat karena banyak tugas. Kau mau ‘kan?”
Erliani yang memang hanya tinggal berdua dengan kakak
perempuannya, tidak boleh menolak. Sejak dua tahun lalu, sejak orang tua mereka
meninggal, kakaknya lah yang membiayai hidupnya. Karena itu Erliani tidak ingin
mengecewakan kakaknya. Ketika Erliani kesuliatan mengambil kaleng susu yang
memang letaknya agak tinggi, seseorang membantu mengambilkannya. Saat Erliani
akan mengucapkan terima kasih, ia terkejut saat melihat Andri. “Andri?”
Penampilan Andri sangat simple. Ia hanya mengenakan kaos putih lengan panjang dan jean biru yang warnanya mulai pudar.
Wajahnya biasa saat melihat Erliani, tanpa ekspresi apa pun. Lalu pandangan
Erliani beralih pada wanita di samping Andri. Wanita itu tampaknya lebih tua
dari Andri, wajahnya sangat cantik! Rambutnya hitam legam, lurus, dan panjang
melewati bahu. Matanya mengenakan lensa kontak ungu, hidungnya bangir,
berlesung pipi, dan berkulit kuning langsat. Ia tersenyum pada Erliani. “Teman
Andri?”
Erliani tersadar. Ia mengangguk dengan gugup dan
tersenyum. “Ya, eh, teman sekelas.”
“Andri, kok diam saja? Kenalin dong!”
Andri mengangguk kecil, lalu mengenalkan wanita itu pada Erliani.
“ Ini Alice, kakak tiriku. Alice, ini….”
“Erliani.” Erliani menahan malu. Aku tidak percaya, Andri tidak kenal aku! Padahal ‘kan sekelas!
Setelah berbasa-basi sebentar dengan Alice, Erliani langsung menyingkir. Saat
ini Erliani punya perasaan tidak enak. Feelingnya
mengatakan bahwa Andri mencintai kakak tirinya yang sudah punya tunangan itu.
Erliani cemburu. Ah, seharusnya aku tidak
cemburu pada Alice yang cantik dan baik itu. Alice benar-benar wanita pujaan
setiap pria!
Keesokannya di kelas, Andri terus menatapnya. Pasti hanya perasaanku saja. Erliani
menggetok pelan kepalanya. Namun saat pulang sekolah, Andri menahannya di
kelas.
“Saat kemarin kau melihat aku dan Alice, apa yang
kaupikirkan?” Wajah dan suara Andri datar tanpa ekspresi.
“Ng….”
“Katakan saja.”
“Ka…kau terlihat jatuh cinta padanya….”
“Itu benar. Sejak ia menjadi kakak tiriku empat tahun yang
lalu, aku sudah jatuh cinta padanya. Ia benar-benar gadis yang memenuhi
kriteria ideal bagi pria.
Cukup, aku tidak
ingin mendengar lagi! “Tapi Kak Alice sudah tunangan. Dan kurasa usiamu dan
usianya jauh berbeda.” Erliani sendiri merasa heran, darimana ia punya kekuatan
untuk mengatakan kalimat yang seharusnya tidak perlu ia ucapkan.
“Usia kami hanya berbeda lima tahun. Memang Alice sudah
tunangan, tapi aku tetap mencintainya.”
“Kenapa menceritakan hal ini padaku? Bahkan namaku saja
kau tidak tahu.”
“Yah, mungkin karena perasaanku mengatakan bahwa kau dan
teman-teman cewek di kelas ini penasaran akan kisah hidupku. Benar tidak?”
Bagaimana ia bisa tahu?
Wajah Erliani memerah karena malu.
“Aku ingin mengatakan satu hal lagi, jika ada cewek yang
jatuh cinta padaku, aku hanya bisa menolak. Karena aku hanya mencintai satu
orang saja.” Andri kemudian meninggalkan Erliani sendirian di kelas.
Erliani sangat kesal dengan sikap dingin Andri. Namun
Erliani baru sadar, tadi Andri bicara banyak. Biasanya Andri hanya bicara
seperlunya, atau bungkam sama sekali. Ini
merupakan kemajuan! Erliani benar-benar lupa akan rasa marahnya pada Andri.
***
Sudah
tiga hari Andri tidak masuk sekolah. Dalam surat pada hari pertama Andri tidak
masuk, dikatakan bahwa Andri sakit.
“Jadi, siapa yang mau menjenguk?” tanya Rulia enggan. Ia
tidak menyukai Andri karena Andri tidak ramah.
“Kalau aku, sih, lebih baik tes matematika dibanding harus
menjenguk Andri!” timpal Johan. Teman-teman menyetujui Johan.
“Kalian jangan begitu, dong! Andri ‘kan teman sekelas
kita!” Setelah mengatakan itu, Erliani merasa wajahnya panas. “Maksudku, itu….”
Peter yang merupakan KM, memegang bahu Erliani dan
tersenyum. “Kalau begitu, kita yang ke rumah Andri.”
Akhirnya setelah membeli jeruk dan apel merah, Erliani dan
Peter menjenguk Andri. Alice menyambut mereka dengan ramah. Ia mempersilahkan
mereka duduk, lalu memanggil Andri.
Ini adalah kedua kalinya Erliani melihat Andri dalam
pakaian bebas. Kali ini Andri mengenakan kaos hitam lengan panjang dan jean putih bersih. Rambutnya yang lurus
agak gondrong sedikit acak-acakan. Andri duduk dengan santai di sofa. “Kalian
menjengukku….”
“Ya, soalnya kau sudah tiga hari tidak masuk sekolah.”
Peter tersenyum. “Tadi buah-buahannya sudah kami berikan pada kakakmu. Ia
cantik sekali.”
Andri menyandarkan tubuhnya ke sofa. Tatapannya mengarah
pada Erliani. “Tidak mirip, ya?”
Peter mengangguk tanpa beban. “Kau sakit apa?”
“Flu.”
Hening sesaat. Lalu Alice muncul dan membawakan sirup
terong belanda dan Blueberry cheese cake.
“Silahkan.”
Erliani dan Peter melahap kue sampai tidak bersisa lalu
meminum sirupnya.
“Kalian lapar, ya?” Andri menahan senyum. Erliani
melihatnya. Ah, sungguh, Andri sangat
tampan saat tersenyum! “Mau lagi kuenya?”
“Tidak, terima kasih.” tolak Erliani halus. “Kau sudah
baikan, Ndri?”
“Sudah, soalnya Alice merawatku.”
“Alice? Kau hanya menyebut nama pada Kakakmu? Itu ‘kan
tidak sopan.” Peter mengerutkan alis tidak setuju.
“Alice itu kakak tiriku. Memangnya Erlia tidak cerita?”
Andri sedikit mengerutkan kening. “Kau tidak cerita, Erlia?”
Erliani menggeleng. Ia menunduk. Aku bukan cewek penggosip! Aku
hanya cewek yang mencintaimu!
Setelah beberapa saat diam saja (karena yang punya rumah
cuek saja ada tamu), akhirnya Erliani dan Peter pamitan.
“Cuek sekali Andri…ada teman sekelas datang malah
dicuekin….” ujar Peter.
Erliani hanya mengangkat bahu. Apa lagi yang diharapkan
dari cowok yang dingin dan tidak ramah itu?
Malam Minggu ini, Erliani harus belanja lagi karena
kakaknya kerja lembur. Siapa tahu bertemu
Andri di supermarket! Tapi Erliani harus kecewa karena Andri tidak sedang
belanja di sana. Tapi ketika akan menyetop bus, tiba-tiba Soluna metalik menghampirinya. Andri membuka kaca depan. “Kuantar
pulang?”
Erliani sangat terkejut karena Andri menawarkan kebaikan
hatinya yang tidak disangka-sangka.
Erliani buru-buru mengangguk lalu masuk ke mobil. “Dari mana?”
“Mengantar Alice ke rumah tunangannya.” jawabnya tenang
tanpa dan datar, seperti biasa. “Kenapa?”
“Tidak….”
“Belanja? Kau hebat, mandiri.”
Erliani menengok ke arah Andri dengan cepat sampai
lehernya terasa agak sakit. Erliani melihat senyum menghiasi wajah Andri!
Jantungnya langsung berdebar kencang. “Kau lebih baik tersenyum, daripada
cemberut terus.”
Andri terbahak-bahak. Ia menyisir poninya ke belakang. Ia
memandang lurus ke jalan. “Kau ini cewek yang blak-blakan, ya?”
“Tidak juga.” Erliani menunduk.
“Cemberut…ini bawaan dari Ayahku. Oya, rumahmu di jalan
Elang nomor 117 ‘kan?”
Erliani mengiyakan. “Kok tahu?”
“Aku tahu karena aku melihat di agenda kelas.” jelas
Andri.
Erliani menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Erliani
benar-benar jatuh cinta! Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk melenyapkan
perasaannya itu. Ternyata meskipun tidak ramah, dingin, dan tertutup, Andri
masih memiliki kebaikan….
***
Hari
ini Erliani berdandan rapi dan mengenakan kebaya. Ia akan ke pernikahan Alice. Andri
mengundang semua teman sekelasnya. Seperti janjinya, Andri menjemput Erliani.
Saat Erliani membukakan pintu depan, Andri tampak tertegun. Erliani merasa
hatinya berbunga-bunga tapi sekaligus malu akan tatapan Andri. “Kau terlihat
asing, Erlia.”
“Apa itu pujian?” Erliani berjalan perlahan ke mobil
karena susah jalan dengan kebaya dan hak tinggi. Andri menyalakan AC agar
Erliani tidak kepanasan.
“Kau tentu sangat sedih malam ini karena wanita yang
kaucintai bersama pria lain….”
“Itu sudah takdir.” Andri tersenyum pada Erliani.
“Seharusnya aku mencari cinta yang lain….”
“Aku bersedia!” ujar Erliani spontan. Lalu ia buru-buru
menutup mulutnya. “Lupakan yang barusan, aku hanya bercanda.” Erliani memarahi
dirinya. Apa-apaan sih tadi? Ia
merasa wajahnya memanas.
Saat pesta pernikahan, untuk melupakan rasa patah hatinya,
Erliani makan dengan sepuasnya. Alice
sangat cantik dan baik. Dan meskipun kini sudah menikah, Alice tidak akan
pernah hilang dari hati Andri! Andri
mungkin akan mencari cinta yang lain hanya untuk pelarian. Kenapa Andri begitu
bodoh? Kenapa tidak mau memerhatikan
sekeliling? Kenapa hanya melihat
Alice? Erliani mengambil lontong dan tiga tusuk sate padang beserta
bumbunya. Ia memakannya dengan lahap.
“Kau ini stress, rakus, atau lapar, Er?” Peter ikut
mengambil lontong dan 4 tusuk sate. Ia cekikikan.
Erliani melirik piring Peter. “Kalau kau, rakus.”
Andri menghampirinya. “Cari angin, yuk?”
“Aku masih mau makan.” dalih Erliani sambil mengambil paha
ayam bakar yang besar. Dan itu membuat Andri terbahak. Peter yang melihatnya
terbengong-bengong. Wah, Andri tertawa terbahak-bahak!
Bagaimana bisa?
Erliani merasa konyol karena ditertawakan Andri. Tapi ia
cuek dan tetap melahap ayamnya.
“Mau dibungkus ke rumah juga boleh, nanti aku suruh
pelayan membungkusnya untukmu. Sekarang temani aku cari udara segar.” Andri
memasukkan kedua tangannya ke saku celana panjangnya yang berwarna hitam,
serasi dengan jas dan rompinya. Akhirnya Erliani mengangguk. Andri membawanya
ke atap gedung. Mereka dapat melihat bulan purnama yang tampak ditemani berjuta
bintang bertebaran di langit malam.
“Langit malam memang indah.” Andri memandangi langit. “Aku
sungguh tidak suka melihat Alice bersama John.” Andri berjalan ke pagar tembok
yang mengelilingi atap gedung, lalu duduk. Kini ia memandangi lampu-lampu jalan,
gedung-gedung, dan kendaraan di bawahnya yang bagai intan dan permata. Erliani bertopang dagu sambil melihat ke
keindahan di bawahnya. Tinggi sekali!
“Ke sini untuk bunuh diri?”
Andri tertawa. “Yang benar saja! Kurasa…sudah waktunya aku
melihat dunia yang lain.”
“Syukurlah.”
“Mau membantuku?”
“Kita ‘kan teman, tentu saja aku akan membantumu.”
“Kau ini baik sekali. Padahal aku tidak ramah. Waktu kau
dan Peter menjenguk, aku tidak memedulikan kalian. Tapi kau tidak berubah,
tetap menyapaku. Kenapa?”
“Itu ‘kan kewajiban.”
Andri melompat turun dari pagar tembok. “Ke bawah, yuk.” Andri menarik tangan Erliani
dan menggandengnya. Erliani terkejut karena Andri menggandengnya. Namun ia
tidak bisa terkejut berlama-lama karena Andri terus menariknya dan menuruni
tangga ke lantai 5 dari lantai 12 ini. Tapi kebaya Erliani mengganggunya
sehingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh menabrak Andri. Andri
menangkapnya. Andri membantunya berdiri, namun ia tidak segera melepaskan
Erliani. Ia menatap mata Erliani lembut! Erliani menjadi kegeeran ditatap dengan
lembut. “ Maaf, aku lupa kalau kau mengenakan kebaya.” Andri tersenyum. Lalu ia
menggenggam tangan Erliani dan membawanya ke lantai 5 dengan lebih perlahan.
Erliani merasa dirinya melayang diperlakukan seperti itu.
***
Dengan
mata panas menahan air mata, Erliani menghentakkan kaki dan berlari menjauhi
rumah Andri. Ternyata Andri masih belum melupakan Alice! Buktinya, Andri
barusan mencium Alice! Mencium Alice dengan mesra di bibir!
***
Dengan
langkah gontai Erliani berjalan ke ruang tamu. Siapa, sih, sore-sore begini datang bertamu? Erliani terpaku di
tempat saat melihat Andri berdiri di hadapannya. Tadinya Erliani bermaksud
menutup pintu dan mengusir Andri, tapi Andri menahan pintu dengan kakinya.
“Kok gitu?”
“Ngapain ke sini?”
“Kau marah padaku? Kenapa?”
“Ngapain ke sini?” Erliani mengulangi pertanyaannya.
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Tapi sepertinya kau
sedang tidak mood, jadi….” Andri berbalik tapi kemudian Erliani menarik kemeja cokelatnya.
Erliani memegang dahinya dengan malu. “Tunggu, aku ikut.”
Setelah mempersilahkan Andri duduk di bangku teras, Erliani dengan cepat
berganti baju dan sedikit mengenakan bedak. “Aku siap. Mau ke mana?”
Andri tertawa. “Kau aneh.” Ia memegangi perutnya, masih
tertawa. “Sejak kenal kau, aku selalu tertawa lepas. Orang tuaku dan Alice
sampai heran melihatku.”
Erliani pura-pura tidak mendengar.
“Kita ke cafĂ© Soul.
Andri menyalakan mobil sambil masih tertawa. “Kau cewek aneh. Tadi marah,
cemberut, eh, langsung ceria….”
Erliani merah padam. “Itu ‘kan gara-gara kau.”
“Aku?” Andri membelokkan mobil ke tikungan gang sambil
mendengar penjelasan Erliani. Setelah itu ia mengangguk-angguk. “Kejadian tiga
hari yang lalu, ya. Aku tidak mencium bibirnya. Kau hanya melihat punggungku
‘kan? Aku hanya mencium pipi Alice. Perasaanku pada Alice sudah berkurang. Kau
cemburu?”
Erliani menggigit bibirnya. “Tidak.”
“Lalu kenapa marah?”
“Yah….”
“Aku suka Erli.”
“Oh.” Erliani memandang ke jalanan. “Apa?”
“Aku suka padamu. Perasaanku pada Alice berkurang
gara-gara kau.”
“Sebagai teman?”
“Kalau hanya sebagai teman, aku takkan mengajakmu
jalan-jalan.”
“Jadi….” Erliani menatap Andri malu.
Andri hanya tersenyum. Tapi itu saja sudah cukup bagi
Erliani. Ia tidak perlu kata-kata lagi karena senyuman Andri berarti suara
Andri. Suara hati Andri yang terdalam.
***
“Andri,
lagi nonton bioskop kok malah tidur?”
“Maaf, ngantuk, sih….”
“Andri…giliran nonton action kau semangat, eh kalau nonton
film roman malah mengantuk!” Erliani protes sambil berbisik. Ia kesal. Namun
tiba-tiba Andri mengecup pipinya dan tersenyum sambil meleletkan lidahnya.
“Jangan marah, dong. Aku pura-pura tidur, tahu.”
“Huuh, Andri nyebelin!” Erliani memukul bahu Andri.
“Sakit, dong. Nanti kucium lagi, nih.” Andri nyengir.
Erliani langsung berbalik dan menonton film lagi.
Jantungnya berdegup kencang dan membuatnya jadi tidak konsen menonton. Sementara
Andri menahan senyum di sebelahnya.
TAMAT
29 April 2002
Nama: Putri
Permatasari
Fb:
putri_comics86_ydws@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar